Aceh – Program Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) yang diprakarsai oleh Badan Intelijen Negara (BIN) semakin membuktikan kontribusinya dalam memberdayakan talenta muda di Aceh, khususnya dalam mendukung peningkatan ekonomi lokal. Selama satu tahun berjalan, program ini menghadirkan beragam aktivitas yang bertujuan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif, terutama di kalangan generasi muda.
Almer Hafis, seorang pengusaha muda asal Aceh, menyatakan bahwa program AMANAH memiliki pendekatan yang unik dibandingkan dengan program-program pemerintah lainnya.
“Sasaran program ini benar-benar tepat, dengan menghadirkan narasumber kelas top di bidangnya sehingga anak muda Aceh bisa belajar langsung dari para ahli,” ujar Almer.
Program ini tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga menyediakan fasilitas pendukung, seperti rumah produksi yang telah memenuhi standar BPOM, menjadikan UMKM di Aceh lebih mampu bersaing di pasar nasional.
Almer juga menegaskan pentingnya program AMANAH dalam peningkatan kualitas SDM Aceh, mengingat perbedaan kualitas SDM di berbagai kabupaten dan kota.
“Aceh adalah daerah tujuan, bukan transit, sehingga intervensi positif dari pemerintah pusat dalam bentuk program AMANAH ini sangat dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kreatif di Aceh,” jelasnya.
Meski begitu, Almer mengakui bahwa masih terdapat tantangan dalam memastikan manfaat program ini tersebar merata di seluruh Aceh. Ia berharap AMANAH dapat lebih menjangkau wilayah terpencil dengan membentuk kluster-kluster di beberapa titik strategis di provinsi tersebut.
“Aceh memiliki potensi besar, dan dengan pemerataan program, kita bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah,” tambahnya.
Sementara itu, untuk mengoptimalkan produk lokal Aceh, baru-baru ini AMANAH menggelar Pelatihan Kreasi Tenun yang berlangsung dari 26 hingga 28 Agustus 2024 yang bertujuan untuk menghidupkan kembali warisan tenun Aceh.
“Saya mengikuti kegiatan pelatihan tenun, sudah hari kedua. Pelatihan ini, sangat baik untuk generasi muda untuk meneruskan (budaya) tenun,” ujar Sely Aprilia, salah satu peserta pelatihan.
Sely, yang juga merupakan seorang pengrajin tenun dari Kabupaten Bener Meriah, rela menempuh perjalanan panjang demi hadir di Rumah Tenun AMANAH X Kutaraja, Kota Banda Aceh, tempat diadakannya pelatihan tersebut. Ia berharap kegiatan ini dapat membantu melahirkan generasi baru pengrajin yang siap melestarikan tenun khas Aceh.
“Karena, sekarang sudah jarang ada yang bisa tenun. Jadi, dengan adanya pelatihan ini, saya merasa sangat baik untuk daerah kita,” tambahnya.
Dalam pelatihan ini, para peserta diperkenalkan dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), sebuah perangkat manual yang lebih modern dan efisien. Penggunaan alat ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan pengrajin serta kualitas kain yang dihasilkan.
Leave a Reply