Oleh: Syafira Yusmin )*
Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat dalam mempercepat transformasi ekonomi nasional dengan meluncurkan berbagai kebijakan strategis. Salah satu langkah utamanya adalah pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), sebuah dana investasi nasional yang akan mengelola aset BUMN secara lebih optimal dan profesional. Dengan mengonsolidasikan berbagai perusahaan pelat merah di bawah satu entitas, Danantara diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing ekonomi Indonesia.
Dalam kerangka transformasi ekonomi ini, pemerintah juga meresmikan Bank Emas sebagai langkah strategis untuk mengoptimalkan pemanfaatan cadangan emas nasional. Keberadaan bank ini diharapkan dapat mengurangi aliran emas ke luar negeri dan memastikan bahwa aset emas dalam negeri dikelola dengan baik untuk kepentingan nasional.
Ekonom dari Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi, menilai Danantara dapat menjadi katalisator dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Konsolidasi aset BUMN yang dilakukan melalui Danantara dipandang sebagai langkah konkret untuk mengoptimalkan peran BUMN dalam menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian. Selain itu, pendekatan pengelolaan yang lebih profesional diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam investasi nasional.
Peran BUMN dalam mendukung Danantara juga mendapat perhatian serius. Pertamina, sebagai salah satu kontributor terbesar dalam pengelolaan aset Danantara, memiliki andil signifikan dalam mendukung transformasi energi nasional. Keberadaan perusahaan ini tidak hanya terbatas pada sektor migas, tetapi juga terlibat dalam pengembangan energi terbarukan seperti biodiesel dan bioetanol.
Pengamat BUMN, Herry Gunawan, menilai bahwa Danantara berpotensi mengatasi permasalahan klasik dalam perekonomian Indonesia, yaitu kesenjangan antara tabungan domestik dan kebutuhan investasi (saving-investment gap). Dengan konsolidasi kekuatan ekonomi BUMN, Danantara diharapkan dapat memperbesar kapasitas investasi nasional, baik melalui investasi mandiri maupun kerja sama dengan mitra internasional.
Herry juga menegaskan bahwa pengelolaan aset BUMN yang lebih optimal melalui Danantara akan mendorong industrialisasi berbasis nilai tambah. Sumber daya alam Indonesia tidak lagi hanya diekspor dalam bentuk mentah, melainkan akan diolah di dalam negeri untuk meningkatkan manfaat ekonominya bagi masyarakat.
Selain itu, Danantara juga dipandang sebagai instrumen yang dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap investasi asing dalam bentuk utang. Jika dikelola dengan baik, Danantara berpotensi mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap dana eksternal dan memperkuat kemandirian ekonomi nasional.
Sementara itu, Bank Emas juga menjadi bagian penting dalam strategi transformasi ekonomi yang dicanangkan pemerintah. Bank ini dirancang untuk memberikan layanan simpanan, pembiayaan, serta perdagangan emas dalam negeri. Keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap investasi emas yang lebih aman dan terstruktur.
Direktur Sales & Distribution Bank Syariah Indonesia (BSI), Anton Sukarna, menilai Bank Emas akan menjadi penggerak utama dalam ekonomi syariah nasional. Dengan adanya bank ini, masyarakat dapat menyimpan emas mereka secara lebih aman, memperoleh imbal hasil dalam bentuk gramasi, serta mengoptimalkan potensi emas sebagai instrumen investasi.
Potensi pasar emas di Indonesia sendiri masih sangat besar. Berdasarkan kajian McKinsey, emas yang beredar di masyarakat mencapai 1.800 ton, sementara jumlah emas batangan yang dapat dimonetisasi diperkirakan mencapai 321 ton. Selain itu, Indonesia memiliki cadangan emas sekitar 2.600 ton dan termasuk dalam sepuluh besar produsen emas global.
Ekonom senior Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto, menilai bahwa keberadaan Bank Emas akan memberikan manfaat luas bagi masyarakat dan industri keuangan. Dengan adanya lembaga ini, pemilik emas dapat menyimpan aset mereka dengan lebih aman sekaligus memperoleh imbal hasil. Selain itu, bank emas juga akan mendorong diversifikasi investasi di sektor keuangan nasional.
Keuntungan lain dari adanya Bank Emas adalah meningkatnya potensi hilirisasi logam mulia di dalam negeri. Hilirisasi ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah bijih emas hingga sepuluh kali lipat dibandingkan dengan sekadar mengekspornya dalam bentuk mentah. Dengan adanya fasilitas ini, Indonesia berpotensi menjadi pusat perdagangan emas di kawasan Asia Tenggara.
Optimisme terhadap Bank Emas semakin diperkuat dengan keterlibatan BSI sebagai salah satu pengelola bisnis ini. Bank syariah terbesar di Indonesia tersebut telah mencatat lonjakan pertumbuhan signifikan dalam bisnis emas, dengan total emas kelolaan mencapai 17,5 ton pada tahun 2024. Dalam beberapa tahun ke depan, BSI berencana untuk memperluas layanan mereka dengan menghadirkan fitur seperti penitipan emas, perdagangan emas digital, serta mesin ATM emas yang memungkinkan masyarakat mencetak emas mereka secara langsung.
Dengan strategi transformasi ekonomi yang semakin terarah, peluncuran Danantara dan Bank Emas menandai langkah besar dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional. Konsolidasi aset BUMN melalui Danantara akan menciptakan ekosistem investasi yang lebih efisien, sementara Bank Emas akan memastikan bahwa sumber daya emas nasional dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan ekonomi domestik.
Keberadaan kedua institusi ini tidak hanya akan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di kancah global, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Dengan pengelolaan yang profesional dan kebijakan yang tepat, Danantara dan Bank Emas diyakini dapat menjadi pilar utama dalam perjalanan Indonesia menuju negara maju.
)* Pengamat Ekonomi Kerakyatan
Leave a Reply