Oleh: Anggina Nur Fadhilah )*
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Besar Soeharto oleh Presiden Prabowo Subianto, merupakan momentum penting dalam sejarah bangsa. Keputusan ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap jasa besar seorang pemimpin, tetapi juga simbol kebangkitan nasionalisme dan penghargaan atas dedikasi yang telah mengantarkan Indonesia menuju masa kejayaan pembangunan. Gelar tersebut bukan sekadar penghargaan formal, melainkan pengakuan negara terhadap kontribusi nyata Soeharto dalam menata ekonomi, memperkuat stabilitas nasional, dan membangun kemandirian bangsa.
Ketua MPR RI Ahmad Muzani menyambut positif keputusan tersebut dan menilai langkah Presiden Prabowo sebagai tradisi mulia dalam menghargai jasa para pemimpin terdahulu. Dalam pandangannya, pemberian gelar ini mencerminkan sikap kenegarawanan yang berakar dari nilai-nilai luhur bangsa, di mana jasa seseorang diangkat tinggi sementara kekurangannya dikubur dalam-dalam. Filosofi _“mikul dhuwur mendhem jero”_ menjadi cerminan kearifan lokal yang selaras dengan semangat nasionalisme, menegaskan bahwa bangsa besar adalah bangsa yang menghormati sejarah dan tokoh-tokohnya.
Langkah pemerintah ini sekaligus menandai konsolidasi nilai-nilai kebangsaan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, yang menempatkan penghargaan terhadap jasa tokoh bangsa sebagai bagian dari pembangunan karakter nasional. Penganugerahan ini memperlihatkan semangat rekonsiliasi dan persatuan nasional, menutup bab perbedaan dengan semangat kebersamaan untuk menatap masa depan. Dalam konteks ini, Soeharto dipandang sebagai simbol dedikasi, kerja keras, dan keteguhan dalam membangun bangsa dari keterpurukan pascakemerdekaan menuju era kemajuan dan kestabilan nasional.
Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) Fadli Zon menegaskan bahwa proses penetapan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto telah melalui kajian ilmiah dan prosedur ketat. Penelitian dilakukan secara objektif, melibatkan pakar lintas disiplin, serta bersinergi antara pemerintah daerah dan pusat. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan tersebut bukanlah langkah emosional, melainkan hasil evaluasi rasional terhadap kiprah besar Soeharto sebagai pemimpin bangsa. Fadli menegaskan, penghargaan ini merupakan wujud tertinggi penghormatan negara terhadap tokoh yang berjasa membangun, memperkuat, dan mempertahankan keutuhan Indonesia.
Soeharto dikenal sebagai tokoh pembangunan yang meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah modern Indonesia. Melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), ia membangun fondasi ekonomi nasional yang tangguh, menciptakan stabilitas politik, dan menggerakkan revolusi sosial melalui berbagai program strategis. Keberhasilan swasembada beras pada 1980-an, program Keluarga Berencana (KB) yang sukses menekan laju pertumbuhan penduduk, serta peningkatan taraf hidup rakyat pedesaan, menjadi bukti keberhasilannya dalam mengimplementasikan visi pembangunan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, menilai bahwa Soeharto adalah sosok yang tidak hanya berperan dalam pembangunan, tetapi juga dalam perjuangan kemerdekaan. Ia turut serta dalam perang gerilya dan memainkan peran penting dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, yang menjadi tonggak pengakuan kedaulatan Indonesia di dunia internasional. Semangat juang dan loyalitas terhadap negara menjadi bagian dari warisan moral yang terus menginspirasi generasi penerus. Dengan demikian, penganugerahan gelar pahlawan ini menjadi simbol penghormatan atas totalitas pengabdian seorang putra terbaik bangsa.
Dukungan terhadap gelar tersebut juga datang dari berbagai organisasi keagamaan besar. Ketua PBNU Bidang Keagamaan, Ahmad Fahrur Rozi, menyebut Soeharto sebagai sosok yang berjasa besar dalam menjaga stabilitas nasional dan mengangkat martabat ekonomi Indonesia. Pada masa kepemimpinannya, Indonesia tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru di Asia, dengan pembangunan yang terencana dan sistematis. Di sisi lain, Soeharto juga dikenal dekat dengan kalangan ulama, memperkuat sinergi antara negara dan umat, serta mendorong berdirinya lembaga-lembaga sosial-keagamaan yang berkontribusi bagi pendidikan dan kesejahteraan rakyat.
Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh, berpandangan bahwa setiap pemimpin bangsa yang telah wafat layak diberi gelar Pahlawan Nasional. Ia menilai bahwa penghormatan terhadap jasa mereka adalah bagian dari rasa syukur dan penghargaan terhadap perjuangan yang telah dilakukan. Dalam pandangan Asrorun, bangsa ini harus belajar untuk melihat masa lalu dengan kaca mata kebijaksanaan, tidak terjebak dalam dendam sejarah, tetapi menjadikan perjalanan para pemimpin terdahulu sebagai inspirasi membangun masa depan.
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Adian Husaini, juga menyampaikan dukungannya. Menurutnya, setiap penganugerahan gelar Pahlawan Nasional pasti menimbulkan perbedaan pendapat, tetapi yang terpenting adalah semangat persatuan dan penghargaan terhadap jasa seorang pemimpin yang telah memberi kontribusi besar. Pandangan ini diperkuat oleh pernyataan Ketua DPD RI, Sultan Bachtiar Najamudin, yang menilai bahwa semua mantan presiden, terutama yang telah berpulang, layak mendapatkan tempat terhormat karena mereka telah berjuang dengan ketulusan demi kemajuan bangsa.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto juga mencerminkan narasi besar tentang kesinambungan dan penghormatan terhadap dedikasi generasi pendahulu. Di tengah tantangan global dan perubahan zaman, keputusan ini menghidupkan kembali semangat nasionalisme dan kebanggaan terhadap jati diri bangsa. Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo menunjukkan komitmen untuk menegakkan nilai-nilai penghargaan, keadilan historis, dan rekonsiliasi nasional sebagai fondasi menuju Indonesia yang kuat dan berdaulat. Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto adalah simbol penghormatan atas dedikasi dan pembangunan, sekaligus penegasan bahwa bangsa Indonesia selalu menghargai jasa para pemimpinnya.
)* Penulis merupakan Pemerhati Sosial Politik Indonesia








Leave a Reply