Oleh : Gavin Asadit )*
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diluncurkan pemerintah pada 10 Februari 2025 mencatat capaian luar biasa. Hingga awal November, lebih dari 50,5 juta warga dari berbagai kelompok usia mulai bayi hingga lansia telah menjalani pemeriksaan kesehatan. Program yang dijalankan melalui jaringan 10.000 puskesmas dan 15.000 klinik bekerja sama dengan BPJS Kesehatan ini terbagi dalam dua jalur utama, yakni CKG umum dan CKG sekolah, dengan partisipasi masing-masing mencapai 34,3 juta dan 16,2 juta peserta.
Hasil pemeriksaan massal ini bukan hanya soal angka partisipasi. Temuan awal yang disampaikan Kemenkes memperlihatkan pola kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius: proporsi warga dewasa yang mengalami kurang aktivitas fisik mencapai sekitar 95–96 persen, karies gigi relatif tinggi, serta kenaikan proporsi obesitas sentral dan hipertensi pada kelompok usia produktif dan lansia. Temuan lain pada kelompok anak menunjukkan masalah gigi tidak sehat, stunting, dan anemia pada remaja. Temuan ini memberikan gambaran penting untuk menyusun intervensi promotif dan preventif yang lebih terarah.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menilai pencapaian jumlah peserta sebagai tonggak upaya kesehatan nasional sekaligus peringatan agar pola hidup sehat menjadi prioritas publik. Ia mengatakan bahwa pencapaian lebih dari 50,5 juta peserta merupakan langkah besar dalam sejarah pembangunan kesehatan nasional. Namun, Budi menegaskan bahwa data CKG juga menjadi sinyal bagi pemerintah dan masyarakat untuk memperkuat budaya hidup sehat, terutama melalui peningkatan aktivitas fisik dan pola makan seimbang. Ia menambahkan bahwa data dari program ini akan menjadi dasar dalam memperkuat kebijakan kesehatan berbasis bukti di masa mendatang.
Program ini memang merupakan bagian dari prioritas pemerintah yang dicanangkan sejak awal tahun. Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan bahwa inisiatif CKG dirancang untuk menjangkau seluruh masyarakat sebagai upaya pencegahan agar warga tidak baru memeriksakan diri saat sakit. Presiden menilai program ini sebagai bentuk kehadiran negara dalam menjaga kesehatan rakyatnya sekaligus investasi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Ia menekankan bahwa masyarakat yang sehat adalah fondasi utama menuju Indonesia Maju, sehingga pelayanan kesehatan dasar harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kementerian Kesehatan, dr. Maria Endang Sumiwi, pemerintah memandang program ini bukan hanya sekadar kegiatan pemeriksaan rutin, melainkan langkah strategis untuk membangun basis data kesehatan nasional yang komprehensif. Ia menegaskan bahwa melalui CKG, pemerintah kini memiliki data akurat tentang kondisi kesehatan masyarakat di berbagai wilayah, yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan yang lebih tepat sasaran. Dengan demikian, kebijakan intervensi di masa depan akan lebih efektif karena didukung oleh bukti nyata dari lapangan.
Data CKG membuka peluang untuk mengalihkan fokus layanan kesehatan dari kuratif semata ke promotif-preventif. Dengan sampel puluhan juta warga, Kemenkes kini memiliki data representatif untuk menargetkan intervensi, seperti program peningkatan aktivitas fisik komunitas, kampanye pola makan sehat, intervensi kesehatan gigi sekolah, serta program pengendalian tekanan darah dan obesitas sentral pada kelompok usia produktif. Ahli kesehatan masyarakat menilai bahwa deteksi dini yang diikuti intervensi berkelanjutan dapat mengurangi beban penyakit tidak menular dan biaya kesehatan jangka panjang.
Kemenkes menyatakan akan memanfaatkan data CKG untuk menyusun kebijakan dan program promotif-preventif berbasis bukti, termasuk kolaborasi lintas sektor seperti pendidikan, perencanaan kota, pertanian, dan pangan untuk mengatasi determinan sosial kesehatan seperti pola makan dan aktivitas fisik. Pemerintah juga menargetkan peningkatan cakupan CKG hingga 60–70 juta peserta pada akhir 2025 dengan peningkatan kapasitas layanan. Penguatan pemanfaatan aplikasi SatuSehat Mobile untuk pendaftaran dan rekam jejak peserta turut disebut sebagai bagian dari strategi digitalisasi layanan.
Capaian lebih dari 50 juta peserta Cek Kesehatan Gratis menjadi tonggak penting bagi kebijakan kesehatan di Indonesia. Dari bukti awalnya terlihat ancaman penyakit tidak menular yang meluas, hingga kesempatan membentuk intervensi preventif yang lebih efektif. Keberhasilan program diukur bukan hanya dari jumlah yang datang ke pemeriksaan, tetapi juga dari kemampuan sistem kesehatan memanfaatkan data tersebut untuk menurunkan risiko penyakit, memperbaiki kualitas hidup, dan menjamin layanan tindak lanjut yang adil bagi seluruh warga negara. Dengan dukungan perangkat kebijakan dan komitmen lintas sektor, program ini berpeluang menjadi titik balik menuju budaya kesehatan nasional yang lebih kuat.
)* Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan












Leave a Reply