Oleh: Nadira Citra Maheswari)*
Komitmen pemerintah untuk mewujudkan swasembada energi semakin nyata melalui serangkaian langkah strategis yang kini mendapat apresiasi luas. Pendekatan pembangunan sektor energi dilakukan melalui prinsip 4A, yaitu Availability, Accessibility, Affordability, dan Acceptability sebagai fondasi ketahanan energi nasional. Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM, Noor Arifin Muhammad mengatakan untuk mencapai 4A dimaksud maka Ditjen Migas bersama dengan stakeholder terkait terus mengupayakan langkah-langkah strategis mulai dari peningkatan lifting minyak dan gas bumi (migas), hilirisasi, hingga penerapan transisi energi secara berkelanjutan untuk mewujudkan swasembada energi.
Dengan strategi tersebut, agenda menuju kemandirian energi tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga menyentuh aspek pemerataan, keterjangkauan, serta keberlanjutan lingkungan. Pemerintah berupaya memastikan bahwa energi tidak hanya tersedia, namun juga mudah diakses, terjangkau oleh masyarakat, dan selaras dengan kebijakan pembangunan rendah karbon.
Prinsip Availability diwujudkan melalui peningkatan produksi migas nasional. Pemerintah mendorong eksplorasi dan pengembangan sumur-sumur migas baru untuk memperbesar kapasitas domestik sekaligus memperpanjang umur cadangan energi nasional. Lifting migas dijaga konsisten, termasuk melalui revitalisasi blok-blok produksi utama. Langkah ini diperkuat oleh kebijakan hilirisasi yang memungkinkan optimalisasi sumber daya energi dalam negeri agar mampu mengurangi ketergantungan impor. Upaya ini tidak hanya menekan beban devisa, tetapi juga memperkuat stabilitas ekonomi nasional yang bergantung pada pasokan energi.
Sementara itu, prinsip Accessibility diterapkan melalui pembangunan infrastruktur energi, baik di sektor migas maupun kelistrikan. Akses energi diperluas ke berbagai wilayah agar hambatan geografis tidak lagi menjadi kendala distribusi. Penambahan jaringan transmisi, pembangunan pembangkit berbasis sumber daya lokal, serta modernisasi sistem energi dilakukan untuk memastikan energi dapat dinikmati secara merata. Pemerataan energi menjadi kunci pemerataan ekonomi, karena listrik dan bahan bakar merupakan penopang aktivitas industri, digitalisasi, hingga layanan publik.
Dalam kerangka Affordability, pemerintah memastikan investasi energi berjalan efisien sehingga biaya produksi dan distribusi dapat ditekan. Efisiensi tersebut berimplikasi pada harga energi yang lebih terjangkau oleh masyarakat. Keterjangkauan energi penting untuk menjaga daya beli, mendorong pertumbuhan industri, dan memastikan sektor usaha mikro maupun rumah tangga dapat bergerak secara produktif. Sementara prinsip Acceptability menunjukkan bahwa setiap kebijakan energi harus memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan dan dapat diterima publik. Implementasi energi bersih, penurunan emisi, serta pengembangan biofuel menjadi bagian dari komitmen transisi energi bertahap.
Adapun, sederet upaya pemerintah bersama BUMN mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Langkah ekspansi kilang hingga eksplorasi migas pun dinilai menjadi jalan menuju swasembada energi. Pengamat Ekonomi Bisnis, Acuviarta Kartabi mengatakan kebijakan ini dapat mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Acuviarta mengatakan Pertamina juga harus terus meningkatkan kinerja, mulai dari hulu migas sampai hilir, distribusi. Hal ini termasuk melakukan inovasi energi baru terbarukan seperti biofuel, melihat semakin terbatasnya energi fosil.
Selain itu, upaya swasembada energi juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk PT Pertamina (Persero). Pertamina mampu menjaga produksi migas di atas 1 juta barrel setara minyak per hari (BOEPD). Pertamina juga meningkatkan cadangan migas baru untuk mendukung ketahanan energi secara berkelanjutan. Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri mengatakan bahwa Pertamina mencatat beberapa capaian, di antaranya temuan cadangan migas baru sebesar 724 juta barrel setara minyak (MMBOE) di wilayah kerja Rokan.
Capaian sektor energi dalam beberapa tahun terakhir menjadi penanda bahwa komitmen tersebut bukan sekadar wacana. Produksi migas nasional berhasil dijaga di atas satu juta barrel minyak setara per hari. Selain itu, ditemukan cadangan baru lebih dari tujuh ratus juta barrel setara minyak yang memperkuat proyeksi cadangan energi nasional untuk jangka panjang. Peningkatan cadangan ini menjadi modal penting bagi Indonesia untuk melangkah menuju fase swasembada energi. Di sisi lain, pembangunan kilang minyak serta penguatan fasilitas pengolahan menjadi bagian dari strategi hilirisasi besar yang tengah dijalankan. Dengan penambahan kapasitas kilang, kebutuhan BBM dalam negeri diharapkan dapat dipenuhi oleh produksi nasional, sehingga impor semakin ditekan.
Seluruh capaian tersebut mendapat apresiasi karena dinilai mampu memperkuat ketahanan energi nasional, sekaligus membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mandiri dari tekanan energi global. Di tengah dinamika harga minyak dunia dan tantangan transisi energi, langkah pemerintah dipandang realistis dan progresif. Upaya meningkatkan produksi migas, memperluas biofuel, hingga memperbesar kapasitas energi bersih menjadi strategi komprehensif menuju kemandirian energi. Dengan fondasi yang semakin kuat, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengurangi impor energi, menjaga stabilitas nasional, dan memperluas ruang pertumbuhan ekonomi.
Dengan kemajuan yang terus dicapai, Indonesia menatap masa depan energi dengan rasa percaya diri. Swasembada energi tidak hanya berarti kemampuan memenuhi pasokan secara mandiri, tetapi juga menentukan kekuatan ekonomi bangsa. Ketika sektor energi menjadi kokoh dan stabil, industri berkembang lebih agresif, harga lebih terkendali, dan kesejahteraan masyarakat meningkat secara berkelanjutan.
*) Penulis adalah Content Writer di Galaswara Digital Bureau






Leave a Reply