Oleh : Patricia Oktavia Sikoway )*
Aparat keamanan semakin intensif menindak Organisasi Papua Merdeka (OPM). Operasi penegakan hukum terus diperkuat untuk memastikan stabilitas keamanan di Papua. Satgas Operasi Damai Cartenz telah mengerahkan pasukan guna memburu serta menangkap anggota OPM yang selama ini menjadi buronan.
Salah satu keberhasilan terbaru dalam operasi tersebut adalah penangkapan Yantis Murib alias Nosin Murib, seorang buronan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Penangkapan itu terjadi di Sentani, Jayapura, pada Jumat, 31 Januari 2025. Yantis tergabung dalam kelompok pimpinan Jeki Murib alias Papuanus alias Kasuari dan telah lama masuk dalam daftar pencarian orang.
Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Faizal Ramadhani, mengungkapkan bahwa Yantis Murib beralamat di Kampung Pinggil/Eronggobak, Kabupaten Puncak, dan pernah terlibat dalam berbagai kekerasan di Papua.
Yantis diduga memainkan peran penting dalam insiden penembakan terhadap warga sipil di Ilaga pada 2024, yang menyebabkan seorang korban bernama Suherman mengalami luka tembak di bagian kaki. Selain itu, dalam operasi tersebut, aparat mengamankan barang bukti berupa kartu identitas, dompet, tiket pesawat, kalung manik-manik, noken, serta sejumlah uang tunai.
Di sisi lain, aparat keamanan terus menyerukan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga keamanan wilayah Papua. Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz-2025, Kombespol Yusuf Sutejo, menegaskan bahwa kerja sama aparat dengan masyarakat membawa stabilitas Papua
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan jika menemukan aktivitas mencurigakan yang berpotensi mengganggu ketertiban. Keberhasilan pemberantas OPM bukan hanya bergantung pada aparat, namun juga bagaimana partisipasi masyarakat.
Keberadaan OPM terus jadi penghambat pembangunan Papua. Serangan terhadap aparat keamanan, intimidasi terhadap masyarakat sipil, serta aksi-aksi destruktif lainnya semakin memperumit upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Infrastruktur pendukung aksesibilitas dan kemajuan ekonomi sering mereka rusak. Sehingga, banyak warga terpaksa mengungsi menyelamatkan diri.
Polri dan TNI terus mengoptimalkan pemberantasan OPM lebih efektif. Namun, mereka kerap menyebarkan propaganda untuk menciptakan keresahan di masyarakat. Salah satu propaganda yang belakangan tersebar adalah klaim bahwa OPM berhasil mencuri dua senjata api milik anggota Polri di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dengan tegas membantah klaim tersebut dan menegaskan bahwa informasi yang beredar itu hanyalah hoaks yang bertujuan untuk memperkeruh situasi.
Brigjen Pol. Faizal Ramadhani menyebut bahwa narasi yang dibuat oleh OPM tidak memiliki dasar dan fakta yang valid. Informasi tersebut hanya bertujuan untuk memprovokasi aparat keamanan dan menciptakan ketidakstabilan di Papua. Namun, upaya tersebut tidak akan mengendurkan langkah aparat dalam menegakkan hukum serta menjaga ketertiban masyarakat.
Selain menghadapi ancaman bersenjata, aparat keamanan juga harus mengantisipasi dampak sosial yang ditimbulkan oleh propaganda kelompok separatis. OPM kerap memanfaatkan isu-isu sosial dan politik untuk menarik simpati, baik dari masyarakat lokal maupun komunitas internasional.
Mereka membangun narasi sebagai pejuang kemerdekaan, meskipun tindakan mereka justru merugikan rakyat Papua. Banyak masyarakat Papua yang sebenarnya menginginkan kehidupan damai dan pembangunan yang berkelanjutan, tetapi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh OPM menghambat realisasi hal tersebut.
Di tengah upaya pemberantasan OPM, pemerintah tetap berkomitmen untuk mendorong pembangunan di Papua. Berbagai proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan dan fasilitas umum, terus dikerjakan guna meningkatkan konektivitas serta kesejahteraan masyarakat. Pendidikan dan kesehatan juga menjadi prioritas, karena kedua sektor ini memegang peranan penting dalam menciptakan generasi Papua yang lebih sejahtera dan berdaya saing.
Namun, pencapaian pembangunan ini sangat bergantung pada kondisi keamanan yang stabil. Aparat keamanan memastikan bahwa operasi penegakan hukum terhadap OPM tidak hanya bertujuan untuk menindak para pelaku kejahatan, tetapi juga memberikan jaminan bagi masyarakat agar dapat hidup dengan aman tanpa bayang-bayang teror. Keberlanjutan pembangunan hanya dapat terwujud jika ancaman dari kelompok separatis dapat diminimalkan secara signifikan.
Sementara itu, Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto menekankan bahwa perubahan taktik tempur menjadi salah satu langkah strategis dalam menghadapi OPM. Evaluasi terhadap doktrin perang terus dilakukan untuk menyesuaikan dengan tantangan di lapangan. Taktik infanteri yang diterapkan oleh pasukan terus diperbarui agar lebih efektif dalam menghadapi kelompok separatis yang kerap melakukan serangan mendadak.
Jenderal Agus menekankan bahwa perubahan strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur pasukan TNI di Papua. Jika OPM berniat melakukan serangan, mereka harus berpikir ulang karena setiap serangan yang dilakukan akan berakhir dengan kekalahan di pihak mereka.
Pihaknya juga mendorong seluruh jajarannya untuk terus mengembangkan ide-ide baru dalam pertempuran, sehingga operasi penegakan hukum terhadap kelompok separatis dapat berjalan lebih efektif.
Aparat keamanan akan terus menggencarkan operasi untuk memastikan bahwa Papua terbebas dari ancaman separatis. Dengan dukungan penuh dari masyarakat serta strategi yang diperbarui, stabilitas keamanan di Papua dapat terjaga, sehingga pembangunan nasional dapat berjalan tanpa gangguan.
Keberhasilan pemberantasan OPM bukan hanya menjadi kemenangan bagi aparat keamanan, tetapi juga bagi seluruh rakyat Papua yang menginginkan masa depan yang lebih aman dan sejahtera. (*)
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakarta
Leave a Reply