Oleh : Andhika Pratama
Di berbagai pelosok Indonesia, akses terhadap pendidikan yang layak masih menjadi tantangan besar bagi banyak anak. Jarak yang jauh, keterbatasan infrastruktur, serta minimnya tenaga pendidik kerap menjadi hambatan utama bagi mereka yang ingin mengenyam pendidikan yang berkualitas. Namun, di tengah berbagai keterbatasan ini, hadir gerakan Sekolah Rakyat sebagai salah satu bentuk inovasi sosial yang terus tumbuh dan memberikan harapan baru bagi generasi muda. Sekolah Rakyat menjadi simbol komitmen masyarakat dan para relawan untuk memastikan bahwa hak memperoleh pendidikan tidak hanya dirasakan oleh mereka yang tinggal di perkotaan, tetapi juga oleh anak-anak dari daerah terpencil yang kerap terpinggirkan.
Konsep Sekolah Rakyat muncul sebagai alternatif pendidikan nonformal yang memadukan semangat gotong royong, kesadaran literasi, dan upaya pemberdayaan komunitas. Kehadirannya semakin relevan di tengah upaya pemerintah memperluas pemerataan akses pendidikan melalui berbagai program nasional. Sekolah Rakyat tidak menggantikan sekolah formal, tetapi menjadi pelengkap yang memberi ruang belajar tambahan, terutama bagi anak-anak yang masih berjuang dengan berbagai keterbatasan. Banyak komunitas di daerah pedalaman memanfaatkan rumah warga, balai desa, bahkan gubuk sederhana untuk dijadikan ruang belajar.
Salah satu kekuatan utama Sekolah Rakyat adalah pendekatannya yang sangat humanis dan kontekstual. Para relawan yang datang mengajar bukan hanya berorientasi pada kurikulum, tetapi juga memahami kondisi sosial dan emosional para siswa. Pembelajaran dilakukan dengan metode kreatif, memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Anak-anak tidak hanya diajarkan membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga diajak mengenali potensi daerah mereka, mencintai lingkungan, serta mengembangkan keterampilan hidup. Pendekatan ini membuat proses belajar terasa lebih dekat dengan keseharian mereka, sehingga lebih mudah dipahami dan diterapkan.
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mengatakan Kehadiran Program Sekolah Rakyat diharapkan dapat menciptakan generasi muda yang berkarakter, siap berkontribusi dalam kemajuan daerah, serta memberikan harapan baru bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk meraih cita-cita dan memperbaiki standar hidup mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, Sekolah Rakyat semakin dikenal luas berkat peran berbagai komunitas dan organisasi sosial yang mendorong gerakan literasi di desa-desa terpencil. Program seperti perpustakaan berjalan, taman baca masyarakat, hingga kelas literasi digital menjadi bagian penting dalam mendukung kegiatan Sekolah Rakyat. Di beberapa wilayah, para penggerak juga menghadirkan pelatihan bagi orang tua dan warga desa agar mereka turut aktif mendampingi anak-anak belajar. Ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya menjadi urusan sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab kolektif seluruh masyarakat.
Selain memberikan manfaat langsung kepada anak-anak, keberadaan Sekolah Rakyat turut memperkuat kohesi sosial dalam masyarakat. Banyak warga desa yang kemudian ikut terlibat, baik dengan menyediakan tempat, membantu menyediakan alat tulis, atau ikut hadir dalam kegiatan belajar. Semangat kebersamaan ini menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya rasa percaya diri anak-anak.
Asisten Bidang Pemerintahan Sekda Papua, Yohanes Walilo menegaskan Program pendidikan ini tidak hanya sekadar menyediakan fasilitas belajar, tetapi juga sejalan dengan kebijakan nasional yang berfokus pada pengentasan kemiskinan ekstrem. Melalui peningkatan akses pendidikan, diharapkan kualitas hidup masyarakat Papua dapat terangkat secara signifikan, memberikan masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda.
Di sisi lain, kehadiran para relawan dari luar daerah juga membuka wawasan baru bagi anak-anak di pelosok. Mereka bisa bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang yang datang dengan niat tulus untuk berbagi ilmu. Sering kali, ini menjadi inspirasi besar bagi anak-anak untuk memiliki cita-cita tinggi, percaya bahwa mereka pun mampu meraih masa depan cerah meski tinggal jauh dari pusat kota. Para relawan pun mengaku mendapatkan pengalaman berharga, karena terlibat langsung dalam transformasi kecil namun bermakna yang terjadi di desa-desa.
Pemerintah pun kini semakin menyadari peran penting komunitas pendidikan alternatif seperti Sekolah Rakyat. Seiring mendorong pemerataan pendidikan melalui teknologi dan perluasan akses sekolah formal, pemerintah melihat bahwa kolaborasi dengan masyarakat sipil mampu mempercepat peningkatan literasi dasar di daerah 3T.
Pada akhirnya, Sekolah Rakyat bukan hanya tentang menyediakan ruang belajar tambahan, tetapi tentang menghadirkan harapan. Harapan bahwa setiap anak Indonesia, tanpa memandang di mana mereka tinggal, memiliki kesempatan yang sama untuk bermimpi dan belajar. Harapan bahwa pendidikan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan anak-anak dari pelosok menuju masa depan yang lebih cerah. Dan harapan bahwa semangat gotong royong yang menjadi identitas bangsa ini terus hidup melalui gerakan-gerakan sederhana namun penuh makna.
Dengan terus berkembangnya gerakan Sekolah Rakyat dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi, masa depan pendidikan Indonesia tampak semakin inklusif. Anak-anak dari desa terpencil kini tidak lagi berdiri di pinggir jalan peradaban, melainkan mulai menapaki jalur yang membawa mereka menuju masa depan. Sekolah Rakyat menjadi bukti bahwa ketika masyarakat, relawan, dan pemerintah bersatu, pintu-pintu harapan dapat terbuka lebar bagi generasi muda negeri ini.
)* Pengamat Kebijakan Publik







Leave a Reply