Oleh : Gavin Asadit )*
Pemerintah Indonesia semakin mengintensifkan langkah strategis untuk mempercepat terwujudnya swasembada pangan nasional pada tahun 2025. Upaya ini menjadi prioritas dalam agenda pembangunan nasional yang berfokus pada penguatan kemandirian pangan, peningkatan kesejahteraan petani, serta pengendalian stabilitas harga bahan pokok.
Kementerian Pertanian mencatat, sepanjang tahun 2025 produksi beras nasional mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode tahun sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional hingga triwulan III mencapai lebih dari 32 juta ton, menempatkan Indonesia dalam posisi surplus untuk beberapa bulan ke depan. Lonjakan ini ditopang oleh program intensifikasi pertanian, pompanisasi di lahan tadah hujan, serta perbaikan jaringan irigasi yang dilakukan secara masif di seluruh wilayah sentra produksi.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan pemerintah tidak akan lagi bergantung pada impor beras karena hasil panen tahun ini menunjukkan kinerja yang sangat positif. Ia menilai, peningkatan produktivitas petani merupakan hasil kerja nyata dari berbagai kebijakan yang dijalankan secara simultan di lapangan.
Di sisi lain, program distribusi pupuk bersubsidi kini lebih tepat sasaran melalui digitalisasi sistem Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Pemerintah juga memperluas bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) agar petani mampu meningkatkan efisiensi waktu tanam dan panen. Keberhasilan peningkatan hasil pertanian saat ini merupakan bukti nyata dari sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan kelompok tani di seluruh Indonesia.
Dalam berbagai kesempatan Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa kemandirian pangan adalah simbol kedaulatan bangsa. Dalam rapat terbatas kabinet di Istana Negara, Presiden menyampaikan bahwa Indonesia tidak boleh terus bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Presiden menilai bahwa keberhasilan mencapai swasembada pangan akan menjadi penentu stabilitas ekonomi nasional. Ia memerintahkan kementerian terkait untuk mempercepat integrasi antara pembangunan irigasi, peningkatan produktivitas, serta perluasan lahan pertanian baru melalui pendekatan berbasis teknologi modern.
Prsiden juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha untuk memperkuat ekosistem pangan nasional. Ia mengarahkan agar Badan Pangan Nasional bersama Kementerian Pertanian dapat membangun sistem cadangan pangan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan dinamika global. Dalam pandangannya, swasembada pangan bukan hanya soal produksi, tetapi juga tentang menjaga daya beli masyarakat dan pemerataan distribusi.
Kementerian Pertanian menindaklanjuti arahan tersebut dengan memperkuat tiga program utama: peningkatan produktivitas lahan, modernisasi sistem pertanian, dan pemberdayaan petani milenial. Program ini difokuskan untuk mencetak generasi baru petani yang melek teknologi dan mampu mengelola usaha tani secara berkelanjutan.
Selain itu, pemerintah juga mempercepat program Lumbung Pangan Nusantara (LPN) di sejumlah daerah strategis. Melalui program ini, setiap provinsi didorong memiliki gudang pangan regional dan sistem distribusi yang terkoneksi secara nasional. Langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas pasokan pangan dari tingkat daerah ke tingkat nasional, sekaligus memperkuat ketahanan pangan dalam menghadapi potensi krisis global.
Sementara itu, Kementerian Pertanian terus mendorong optimalisasi lahan pertanian kering dan lahan suboptimal. Program ini dijalankan melalui pemanfaatan pompa air, irigasi modern, serta penyediaan benih unggul adaptif terhadap perubahan iklim. Pemerintah berharap langkah ini dapat memperluas cakupan produksi pangan hingga ke wilayah-wilayah nontradisional yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Peningkatan produksi tidak hanya terlihat pada komoditas beras, tetapi juga pada jagung dan kedelai. Data Kementan menunjukkan, produksi jagung nasional naik hingga 9 persen dibanding tahun lalu, sementara kedelai menunjukkan peningkatan 5 persen. Pemerintah menilai tren ini sebagai sinyal positif untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku pakan dan pangan olahan.
Pemerintah juga menguatkan sistem logistik pangan nasional agar hasil panen petani dapat terserap optimal. Melalui kerja sama dengan BUMN Pangan dan sektor swasta, pemerintah membangun infrastruktur penyimpanan modern berbasis cold storage dan rice milling unit di daerah-daerah sentra produksi. Langkah ini diharapkan dapat meminimalisir kehilangan hasil panen dan meningkatkan kualitas produk yang sampai ke konsumen.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa target swasembada pangan bukan sekadar ambisi politik, melainkan langkah strategis untuk memperkuat kedaulatan ekonomi nasional. Ia memastikan pemerintah akan terus bekerja keras agar Indonesia benar-benar mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
Dalam arahannya, Presiden menyampaikan bahwa keberhasilan swasembada pangan akan menjadi simbol kemampuan bangsa Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Ia menyebut keberhasilan ini bukan hanya untuk kepentingan pemerintah, tetapi untuk generasi mendatang yang akan menikmati hasil dari sistem pangan nasional yang kuat dan berdaulat.
)* Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan












Leave a Reply