Oleh: Nina Stevia )*
Pemerintah Indonesia semakin memperkuat fokusnya dalam meningkatkan akses makanan bergizi bagi anak-anak sekolah melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG). Langkah strategis ini menjadi bagian penting dalam upaya mengatasi permasalahan gizi yang masih membayangi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di berbagai daerah, terutama di wilayah terpencil dan kurang terlayani. Melalui sinergi berbagai pihak, program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menurunkan angka stunting sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia nasional.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berperan aktif dalam memperluas jangkauan program MBG dengan menargetkan pembangunan seribu dapur khusus atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Pembangunan dapur ini tidak lepas dari kerja sama dengan pelaku usaha dari Prancis yang tergabung dalam Mouvement des entreprises de France (MEDEF). Kolaborasi ini ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman yang menggarisbawahi komitmen bersama dalam mendukung program gizi nasional.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menegaskan bahwa pembangunan dapur ini menjadi tonggak penting yang akan dikembangkan bersama para mitra, baik melalui skema tanggung jawab sosial perusahaan maupun kerja sama bisnis yang berorientasi pada pemberdayaan daerah.
Pembangunan dapur yang diinisiasi oleh Kadin bersama PT Tempo Scan Pacific Tbk, yang mengembangkan buku panduan sebagai dasar riset dan pengembangan, menunjukkan adanya fondasi ilmiah yang kokoh dalam pelaksanaan program ini. Proses riset dan pengembangan tersebut merupakan langkah awal yang kemudian diskalakan dengan melibatkan mitra internasional
Sementara itu, Badan Gizi Nasional (BGN) mengedepankan strategi pembangunan dapur umum dan dapur sekolah di seluruh wilayah Kalimantan Barat sebagai upaya mempercepat distribusi makanan bergizi. Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa saat ini Kalimantan Barat baru memiliki sekitar 40 dapur umum, jauh dari kebutuhan ideal yang mencapai lebih dari 500 unit. Untuk itu, pemerintah daerah didorong agar lebih aktif dalam mempercepat pembangunan dapur, khususnya di daerah terpencil yang sulit dijangkau.
Dadan juga menekankan bahwa dapur sekolah menjadi solusi paling efektif untuk menjaga kualitas makanan di daerah yang hanya memiliki satu sekolah. Hal ini penting karena pengiriman makanan dari jarak jauh berpotensi menurunkan kualitas dan nilai gizi makanan tersebut. Dengan dapur yang terletak langsung di sekolah, anak-anak dapat menerima makanan bergizi yang segar dan layak konsumsi, sehingga program MBG dapat berjalan optimal.
Program MBG sangat menekankan pada pemanfaatan bahan pangan lokal seperti beras kampung, telur, ayam, dan susu. Kolaborasi dengan petani dan peternak lokal menjadi pilar utama agar pasokan bahan baku tetap berkelanjutan dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat setempat. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang positif bagi komunitas lokal.
Distribusi makanan bergizi tidak hanya ditujukan untuk anak-anak sekolah, tetapi juga untuk ibu hamil dan balita melalui posyandu serta pendampingan kader posyandu yang diberikan insentif. Pendekatan ini menunjukkan perhatian pemerintah yang komprehensif dalam menjamin kualitas gizi bagi seluruh kelompok rentan, tidak hanya di sekolah tetapi juga dalam keluarga.
Pemerintah juga menetapkan komposisi gizi seimbang dalam menu makanan yang diberikan melalui program MBG, yakni 30% protein, 40% karbohidrat, dan 30% serat, dengan tambahan susu bila memungkinkan. Standar ini mencerminkan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan gizi anak yang harus terpenuhi agar mereka dapat tumbuh sehat dan berkembang optimal.
Inovasi lain yang mendukung keberhasilan program MBG datang dari Kadin Indonesia yang mendesain mobil khusus untuk memperkuat alur distribusi makanan bergizi. Mobil ini dilengkapi dengan rak khusus agar makanan tetap hangat dan tidak tumpah selama pengantaran. Desain ini menjadi jawaban atas kendala sebelumnya di mana makanan sering sampai dalam kondisi berantakan, sehingga mengurangi manfaat gizi yang diterima. Setiap mobil dapat mengangkut hingga seribu kotak makanan dalam satu perjalanan, dan dalam tahap awal, sepuluh unit mobil akan didistribusikan ke lima provinsi yang menjadi cakupan Koordinator Wilayah Balinusamatra.
Wakil Ketua Umum Korwil Balinusamatra Kadin Indonesia, Amirullah Abbas, menyatakan bahwa respons masyarakat terhadap program MBG sangat positif. Masyarakat yang sebelumnya hanya dapat mengandalkan makanan sederhana seperti nasi dan kerupuk kini bisa menikmati asupan ayam, ikan, dan berbagai sumber protein lain setiap hari. Hal ini menunjukkan perubahan signifikan dalam kualitas gizi yang diterima oleh anak-anak dan keluarga mereka.
Kadin menargetkan perluasan jumlah mobil khusus untuk distribusi makanan bergizi seiring dengan semakin meluasnya program MBG di berbagai daerah. Langkah ini memperkuat harapan bahwa program tersebut dapat memberikan dampak yang lebih besar dan menyentuh lebih banyak anak di seluruh Indonesia.
Pemerintah melalui sinergi berbagai lembaga, baik pemerintah maupun swasta, membuktikan komitmennya dalam memperbaiki kualitas gizi anak-anak sekolah. Pembangunan dapur umum dan sekolah, penguatan distribusi dengan kendaraan khusus, serta pemanfaatan bahan pangan lokal menjadi langkah konkret yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan bersama.
Peningkatan akses makanan bergizi melalui program MBG juga mencerminkan upaya pemerintah dalam memenuhi hak anak atas gizi yang layak, sekaligus investasi penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan akses gizi yang cukup dan berkualitas, anak-anak memiliki kesempatan lebih besar untuk tumbuh sehat, belajar dengan baik, dan mencapai potensi maksimalnya.
)* Penulis merupakan peneliti independen
Leave a Reply