Investasi Migas RI di AS Perluas Ekspansi Kerjasama Strategis di Bidang Ekonomi

Oleh: Farhan Farisan )*

Pemerintah tengah mengintensifkan upaya diplomasi ekonomi dengan mendorong investasi strategis di sektor minyak dan gas bumi (migas) serta teknologi informasi (IT) ke Amerika Serikat. Langkah ini menjadi strategi kunci untuk memperluas jangkauan bisnis BUMN Indonesia sekaligus memperkuat hubungan ekonomi bilateral di tengah dinamika geopolitik global, termasuk kebijakan tarif tinggi dari Presiden AS Donald Trump.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan BUMN, khususnya yang bergerak di sektor migas dan IT, sudah memiliki rekam jejak melakukan ekspansi internasional. Ia menekankan bahwa dorongan untuk berinvestasi di AS bertujuan memanfaatkan peluang besar di pasar global serta memperkuat posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok energi dan teknologi dunia.

Untuk sektor migas, investasi BUMN seperti PT Pertamina melalui anak perusahaannya akan diarahkan pada akuisisi aset strategis di sektor hulu (upstream) hingga menengah (midstream). Hal ini memungkinkan Indonesia untuk mengamankan suplai energi jangka panjang sekaligus mendapatkan transfer teknologi dari negara maju.

Menurut Todotua, pendekatan investasi ini bukan sekadar ekspansi bisnis semata, tetapi juga bagian dari strategi negosiasi tarif dagang yang dikenakan AS kepada Indonesia, yang saat ini mencapai 32%. Pemerintah berharap kehadiran perusahaan-perusahaan BUMN di pasar AS akan menjadi daya tawar dalam forum negosiasi yang akan digelar di Washington DC pada 16–23 April 2025.

Dalam konteks teknologi informasi, pemerintah juga mendorong perusahaan BUMN di sektor IT untuk mengembangkan investasi yang berfokus pada penelitian dan pengembangan (R&D), khususnya di bidang artificial intelligence (AI). Dengan demikian, Indonesia dapat mempercepat lompatan teknologinya melalui kolaborasi dan pengembangan teknologi bersama mitra di AS.

Todotua menambahkan bahwa investasi yang dilakukan tidak harus secara langsung oleh BUMN, tetapi bisa melalui skema project investment atau kemitraan strategis. Mekanisme ini akan mengurangi beban pembiayaan tunggal dan membuka peluang sinergi dengan perusahaan lokal maupun internasional.

Perusahaan-perusahaan BUMN akan berinvestasi melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang dinilai memiliki fleksibilitas tinggi dalam mengatur alokasi investasi baik di dalam maupun luar negeri. Struktur kelembagaan ini akan memberikan keleluasaan dalam mengelola dana dan risiko investasi.

Meskipun investasi di AS tergolong besar, pemerintah meyakini potensi return jangka panjang dari sektor migas dan teknologi sangat menjanjikan. Apalagi, AS memiliki cadangan energi besar serta ekosistem teknologi yang terus berkembang, menjadikannya pasar strategis bagi ekspansi Indonesia.

VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan bahwa Pertamina siap mendukung arah kebijakan pemerintah dan terbuka untuk berinvestasi maupun bekerja sama dengan mitra strategis di AS. Ia menekankan bahwa sektor hulu migas merupakan area yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Potensi kerja sama ini juga mencakup kemungkinan masuknya Pertamina dalam proyek-proyek energi besar di AS, salah satunya adalah proyek Pikka di Alaska yang digarap oleh Santos dan Repsol. Proyek ini diketahui memiliki prospek cadangan minyak besar dan sempat menjadi perhatian PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Pelaksana Harian Dirjen Migas, Tri Winarno, mengatakan bahwa sektor hulu memang menjadi fokus investasi. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan akhir investasi masih dalam tahap perundingan dan penyesuaian dengan kapasitas finansial Pertamina.

Tri juga menyebutkan bahwa meskipun investasi ke proyek seperti Pikka sangat menarik, setiap keputusan akan dilakukan dengan pertimbangan komprehensif, termasuk aspek keekonomian dan risiko politik yang mungkin timbul. Pemerintah tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan strategis ini.

Keputusan ini juga menjadi bagian dari langkah jangka panjang pemerintah dalam mempersiapkan transisi energi. Dengan menguasai aset migas di luar negeri, Indonesia bisa mendapatkan pemasukan sekaligus pengalaman teknologi yang berguna untuk pengembangan energi domestik.

Di sisi lain, dorongan investasi di bidang IT akan memberikan manfaat besar dalam percepatan transformasi digital nasional. Dengan melakukan R&D bersama perusahaan-perusahaan AS, Indonesia bisa menciptakan teknologi yang lebih relevan untuk diterapkan dalam sektor publik dan industri.

Pemerintah berharap investasi ini tidak hanya membawa keuntungan finansial, tetapi juga mempererat hubungan strategis dengan Amerika Serikat. Kehadiran Indonesia di pasar AS juga mencerminkan kepercayaan diri ekonomi nasional yang semakin solid.

Langkah ini juga menjadi respons proaktif terhadap tantangan global seperti perang dagang dan proteksionisme. Dengan memperluas ekspansi ke luar negeri, BUMN Indonesia menunjukkan kapasitasnya untuk bersaing di tingkat global dan menciptakan nilai tambah nasional.

Ekspansi ini diharapkan menjadi contoh model investasi BUMN masa depan, yaitu tidak hanya fokus pada pasar domestik, tetapi juga agresif di pasar internasional. Pemerintah ingin menciptakan ekosistem bisnis BUMN yang tangguh, adaptif, dan proaktif terhadap peluang global.

Sebagai penutup, investasi sektor migas dan IT ke AS merupakan bagian dari kebijakan ekonomi luar negeri yang lebih dinamis dan strategis. Dengan fondasi yang kuat dan dukungan pemerintah, Indonesia siap memperluas pengaruhnya dalam jaringan ekonomi global.

)* Penulis adalah mahasiswa Bandung tinggal di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *