Indonesia-Satu.com

Independen Terpercaya

Gelar Pahlawan Soeharto Penghargaan atas Dedikasi Membangun Bangsa

Oleh: Arya Maheswara *)

Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, HM. Soeharto, menjadi keputusan negara yang layak diapresiasi sebagai bentuk penghormatan terhadap pemimpin yang kontribusinya meninggalkan jejak mendalam bagi kemajuan bangsa. Di tengah dinamika opini publik, keputusan ini penting ditempatkan dalam perspektif sejarah panjang Indonesia, ketika figur-figur besar memberikan fondasi yang menentukan arah pembangunan nasional. Soeharto adalah salah satu di antaranya. Kiprahnya dalam menjaga stabilitas, membangun infrastruktur dasar, meningkatkan ketahanan pangan, serta menyiapkan program pembangunan jangka panjang menjadikan status pahlawan sebagai bentuk simbolik yang selaras dengan fakta historis.

Banyak pihak menilai layaknya penghargaan ini berdasarkan rekam jejak nyata, bukan sekadar sentimen politik. Pegiat media Ganjar Darussalam, misalnya, menilai bahwa Soeharto merupakan sosok pemimpin yang berhasil membawa Indonesia keluar dari berbagai fase keterbatasan menuju masa pembangunan yang lebih terarah. Ia memandang bahwa keberhasilan swasembada beras, pembangunan waduk, irigasi, fasilitas pendidikan, serta program pemberantasan buta huruf menunjukkan konsistensi kebijakan yang menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas. Menurutnya, keberhasilan menekan angka buta huruf hingga mencapai sekitar 10% di masa akhir 1980-an merupakan pencapaian besar yang mengubah struktur sosial masyarakat secara fundamental. Pandangan ini menegaskan bahwa pembangunan manusia menjadi fokus penting dalam kepemimpinan Soeharto.

Anggota DPR RI, Karmila Sari, juga melihat perjalanan pembangunan di era Soeharto sebagai salah satu tonggak strategis yang membawa Indonesia pada pertumbuhan ekonomi yang stabil. Ia menilai bahwa pencapaian swasembada beras pada 1984 dan stabilitas pertumbuhan ekonomi yang berkisar di angka 7% menunjukkan efektivitas kebijakan pembangunan jangka panjang yang dirancang secara sistematis. Baginya, keberhasilan tersebut tidak hanya terlihat dari pembangunan fisik, tetapi juga melalui penguatan identitas nasional melalui pendidikan nilai Pancasila serta kebijakan yang memperkuat integrasi antarwilayah. Pandangan seperti ini memperkuat argumen bahwa kontribusi Soeharto tidak bisa dilepaskan dari fondasi stabilitas nasional yang kita rasakan hingga kini.

Rekam jejak historis Soeharto bukan hanya terkait masa pembangunan, tetapi juga kiprahnya sejak masa perjuangan fisik. Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, memandang bahwa Soeharto memiliki jasa dalam perang gerilya dan memainkan peran penting dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, sebuah momentum besar yang membuka jalan bagi pengakuan kedaulatan Indonesia. Dari perspektif sejarah perjuangan, kontribusi ini menunjukkan bahwa Soeharto terlibat dalam dua fase penting perjalanan bangsa: masa revolusi fisik dan masa pembangunan nasional. Ketika seorang tokoh berkontribusi dalam dua fase sejarah sekaligus, penghargaan negara menjadi bagian dari penghormatan etis terhadap kerja panjangnya.

Selain jasa dalam perjuangan kemerdekaan, Soeharto juga dikenal sebagai figur yang memberikan arah jelas bagi pembangunan nasional melalui Repelita. Kebijakan pembangunan lima tahunan ini menghasilkan percepatan modernisasi di berbagai sektor strategis, mulai dari industri dasar, pertanian, pendidikan, kesehatan, hingga program keluarga berencana yang menekan laju pertumbuhan penduduk. Dadang Kahmad bahkan menilai bahwa keberhasilan stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan pada masa itu menjadi faktor yang memungkinkan Indonesia memperkuat posisinya di tengah dinamika global. Penilaian ini memperkuat argumentasi bahwa pembangunan yang terencana dan konsisten menjadi salah satu jasa terbesar Soeharto bagi Indonesia.

Sudut pandang akademik lainnya juga melihat penganugerahan gelar pahlawan ini sebagai langkah yang memiliki makna rekonsiliasi sejarah. Peneliti Pusaka Pancasila, Sahal Mubarok, menilai bahwa penilaian terhadap tokoh sejarah seharusnya dilakukan dengan mempertimbangkan konteks zamannya, bukan sekadar melalui kacamata politik masa kini. Ia menegaskan bahwa kontribusi Soeharto terhadap kedaulatan dan pembangunan nasional tidak dapat diabaikan ketika menilai kelayakan gelar pahlawan. Pandangannya menegaskan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menempatkan jasa para pemimpinnya secara adil, tanpa terjebak pada preferensi politik jangka pendek.

Dari sisi pemerintah, proses penetapan pahlawan nasional dilakukan melalui mekanisme seleksi ketat. Menteri Sosial Saifullah Yusuf menjelaskan bahwa usulan tokoh yang dinilai layak telah melalui pembahasan berlapis, melibatkan tim ahli dan berbagai unsur masyarakat. Fakta ini menunjukkan bahwa penganugerahan kepada Soeharto bukan keputusan instan, tetapi bagian dari proses panjang yang mempertimbangkan kontribusi seseorang terhadap negara. Hal ini semakin menguatkan bahwa keputusannya memiliki legitimasi institusional sekaligus moral.

Keseluruhan pandangan tersebut memperlihatkan bahwa pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto tidak lahir dari ruang kosong. Ia hadir sebagai bentuk penghargaan negara terhadap pemimpin yang memberi arah strategis bagi pembangunan bangsa. Dalam perspektif opini publik yang objektif, penghargaan ini dapat dipahami sebagai cara negara menegaskan kembali pentingnya menghormati kontribusi tokoh besar sambil tetap belajar dari perjalanan sejarah. Soeharto adalah bagian dari sejarah panjang Indonesia; menyadari jasanya berarti memahami bagaimana negara ini dibangun dari fase ke fase hingga mampu berdiri kokoh seperti sekarang.

Penganugerahan gelar pahlawan kepada Soeharto bukan hanya peristiwa simbolik, melainkan pesan moral untuk mengingat bahwa pembangunan nasional membutuhkan keberanian mengambil keputusan, ketegasan menjaga stabilitas, serta perencanaan jangka panjang yang terukur. Para pemimpin masa depan dapat belajar dari keberhasilan masa lalu bahwa fondasi kemajuan bangsa dibangun dengan kerja keras, disiplin, dan keberpihakan kepada rakyat. Dalam konteks itu, gelar pahlawan bagi Soeharto bukan hanya penghargaan atas dedikasinya, tetapi juga pengingat bagi seluruh generasi tentang pentingnya meneruskan semangat persatuan dan pembangunan Indonesia.

*) Pengamat Sosial-Politik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *