Oleh : Manuel Bonay )*
Menjaga Papua tetap kondusif jelang akhir tahun merupakan ikhtiar kolektif yang mencerminkan kedewasaan berbangsa sekaligus komitmen bersama untuk memastikan seluruh warga merasakan suasana aman, damai, dan penuh harapan di momentum penutup tahun. Papua dengan segala kekayaan alam, budaya, dan keberagaman sosialnya memiliki posisi strategis dalam mozaik kebangsaan Indonesia, sehingga stabilitas dan ketenangan di wilayah ini bukan hanya kepentingan lokal, melainkan juga kepentingan nasional.
Menjelang akhir tahun 2025, aktivitas masyarakat cenderung meningkat, mulai dari perayaan keagamaan, libur panjang, hingga pergerakan ekonomi yang lebih dinamis. Dalam konteks ini, kondusivitas menjadi prasyarat utama agar seluruh potensi positif Papua dapat tumbuh optimal tanpa terhambat oleh gangguan keamanan atau ketegangan sosial. Pemerintah bersama aparat keamanan telah menunjukkan keseriusan dalam menjaga stabilitas dengan pendekatan yang semakin humanis, mengedepankan dialog, perlindungan masyarakat sipil, serta penghormatan terhadap kearifan lokal. Pendekatan ini penting karena Papua bukan sekadar ruang geografis, tetapi juga ruang sosial yang sarat nilai, sejarah, dan identitas, sehingga upaya menjaga keamanan harus sejalan dengan upaya merawat kepercayaan masyarakat.
Peran tokoh adat, tokoh agama, pemuda, dan masyarakat sipil menjadi fondasi penting dalam menciptakan suasana damai yang berkelanjutan, karena merekalah yang memiliki kedekatan emosional dan legitimasi sosial di tengah komunitas. Sinergi antara negara dan masyarakat ini terbukti mampu meredam potensi gesekan serta memperkuat semangat persaudaraan, terutama menjelang akhir tahun yang kerap diwarnai dengan berbagai agenda besar. Kondusivitas Papua juga tidak dapat dilepaskan dari percepatan pembangunan yang terus diupayakan secara inklusif, mulai dari pembangunan infrastruktur, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi berbasis potensi lokal. Ketika masyarakat merasakan kehadiran negara secara nyata dan adil, rasa memiliki terhadap stabilitas akan tumbuh dengan sendirinya.
Tokoh Agama Papua atau Sekretaris Umum Sinode Gereja Kingmi Indonesia, Pendeta Dr. Yones Wenda mengatakan pihaknya mendukung penuh aparat keamanan dalam upaya menjaga situasi Papua tetap aman dan kondusif menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, pihaknya menilai perhatian Presiden Prabowo Subianto melalui berbagai program Asta Cita telah nyata dirasakan oleh masyarakat Papua dan menghadirkan harapan akan masa depan yang lebih baik. Berkat program-program tersebut, suasana damai dan tenteram semakin terasa di tengah masyarakat.
Akhir tahun seharusnya menjadi momen refleksi dan harapan, bukan kecemasan, sehingga menjaga keamanan berarti menjaga ruang bagi masyarakat Papua untuk merayakan kebersamaan, beribadah dengan khusyuk, dan merencanakan masa depan dengan optimisme. Media massa dan ruang digital juga memiliki peran strategis dalam menjaga suasana kondusif dengan menyajikan informasi yang berimbang, menyejukkan, dan tidak provokatif, karena narasi positif dapat memperkuat kepercayaan publik sekaligus menekan penyebaran disinformasi yang berpotensi memicu ketegangan.
Selain aspek keamanan dan pembangunan, menjaga Papua tetap kondusif jelang akhir tahun juga berkaitan erat dengan upaya memperkuat kohesi sosial dan rasa saling percaya di tengah masyarakat. Momentum akhir tahun, yang kerap diisi dengan perayaan keagamaan dan tradisi lokal, menjadi ruang penting untuk mempererat persaudaraan lintas suku, agama, dan kelompok sosial. Nilai-nilai kearifan lokal Papua yang menjunjung tinggi musyawarah, kebersamaan, dan penghormatan terhadap sesama merupakan modal sosial yang sangat berharga dalam merawat kedamaian.
Ketika masyarakat diberi ruang untuk mengekspresikan budaya dan keyakinannya secara aman dan bermartabat, rasa aman kolektif akan tumbuh dengan sendirinya. Dalam konteks ini, peran tokoh agama dan adat menjadi sangat strategis sebagai jembatan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah, sekaligus sebagai penjaga moral publik yang mampu menenangkan suasana serta mendorong penyelesaian persoalan secara damai dan beradab.
Kemudian Pendeta Yones Wenda juga mengajak seluruh masyarakat Papua dari berbagai elemen, tanpa terkecuali hingga ke pelosok-pelosok wilayah, untuk bersama-sama menjaga persaudaraan, ketenangan, dan kedamaian menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2026. Pihaknya mengajak masyarakat untuk menghindari segala bentuk provokasi dan hal-hal yang dapat menimbulkan kegaduhan, agar seluruh umat dapat merayakan Natal 2025 dan menyambut Tahun Baru 2026 dengan penuh sukacita serta kedamaian.
Lebih jauh, menjaga Papua tetap kondusif adalah wujud nyata dari semangat Bhinneka Tunggal Ika, di mana perbedaan dirajut menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan. Tantangan tentu masih ada, namun dengan komunikasi yang terbuka, penegakan hukum yang adil, serta komitmen bersama untuk mengedepankan kemanusiaan, Papua dapat terus melangkah sebagai tanah damai yang penuh harapan.
Menjelang akhir tahun, ketika banyak orang menutup lembaran lama dan membuka harapan baru, Papua pantas mendapatkan suasana yang aman dan tenteram sebagai pijakan menuju tahun yang lebih baik. Dengan kerja sama semua pihak, dari pemerintah pusat dan daerah, aparat keamanan, hingga masyarakat akar rumput, kondusivitas Papua bukan sekadar target jangka pendek, melainkan fondasi jangka panjang bagi kemajuan, kesejahteraan, dan persatuan bangsa.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta




Leave a Reply