Jakarta – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terus mendorong hilirisasi digital sebagai bagian dari transformasi ekonomi nasional, salah satunya melalui penguatan industri pusat data.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyatakan bahwa pusat data merupakan infrastruktur vital dalam mendukung kedaulatan digital serta pengembangan sektor industri strategis.
“Saya lihat ini benar-benar suatu upaya anak bangsa, dimiliki 100 persen lokal, tapi dari sisi kualitas tidak kalah dengan pemain global. Infrastruktur data adalah data center,” ujarnya saat menghadiri peluncuran JK6 Data Center.
Menurut Anindya, pusat data seperti JK6 merupakan contoh konkret hilirisasi digital di Indonesia.
Ia menegaskan pentingnya menjadikan data sebagai aset strategis dan cerdas, dengan pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) sebagai bagian dari transformasi industri.
“Kita harus berpikir strategis dan intelligent. Artinya, selain strategis, kita juga harus menguasai teknologi, dan semua itu berawal dari pusat data,” tambahnya.
Ia juga mendorong agar lebih banyak data asing disimpan di Indonesia, selama keamanan dan kerahasiaannya dapat terjamin.
“Kalau bisa, data-data luar negeri makin banyak disimpan di Indonesia. Tapi tentu keamanannya harus dijaga,” tegasnya.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyampaikan bahwa JK6 merupakan salah satu fasilitas pusat data terbesar di Tanah Air, dengan kapasitas hingga 36 megawatt.
Ia mengapresiasi keterlibatan ribuan tenaga kerja lokal dalam pembangunan infrastruktur digital tersebut.
“Di balik bangunan ini ada semangat kolektif nasional. Lebih dari 3 juta jam kerja dan hampir 8.000 pekerja lokal berkontribusi membangunnya,” ungkap Meutya.
Di sisi lain, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) turut mendorong hilirisasi industri di kawasan perbatasan sebagai strategi memperkuat perekonomian lokal.
Deputi BNPP, Irjen Pol Edfrie R. Maith, menyatakan hilirisasi komoditas unggulan dan pengembangan pariwisata lokal menjadi fokus utama.
“Kami ingin industri pengolahan bisa tumbuh langsung di perbatasan, agar komoditas lokal seperti pertanian dan perikanan bernilai tambah,” katanya.
Maith juga menekankan perlunya investasi dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung proses hilirisasi.
“Kalau hanya menjual bahan baku, memang cepat untung. Tapi kita kehilangan potensi besar dan rentan terhadap fluktuasi pasar,” jelasnya.
BNPP mencatat ekspor dari PLBN seperti Entikong, Badau, dan Aruk mencapai puluhan miliar rupiah, didominasi produk olahan perikanan, pertanian, dan UMKM.
Leave a Reply