Oleh: Satria Wisnu Putra )*
Bencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera menjadi ujian serius bagi ketahanan nasional dan kapasitas negara dalam melindungi warganya. Di tengah situasi darurat tersebut, pemerintah menegaskan komitmen penuh untuk mengawal penanganan bencana hingga seluruh tahapan pemulihan selesai, dengan menempatkan keselamatan rakyat sebagai prioritas utama dan mengoptimalkan seluruh kekuatan nasional yang dimiliki Indonesia.
Sejak hari pertama bencana terjadi, pemerintah pusat mengambil peran sentral dalam koordinasi penanganan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Pendekatan yang diterapkan berskala nasional, tidak menunggu proses administratif penetapan status tertentu, melainkan langsung berorientasi pada kecepatan respons, efektivitas mobilisasi sumber daya, serta pemenuhan kebutuhan mendesak masyarakat terdampak. Langkah ini menunjukkan kesadaran pemerintah bahwa dalam situasi darurat, kehadiran negara harus diwujudkan melalui tindakan konkret, bukan sekadar keputusan formal.
Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan, Timothy Ivan Triyono, menyampaikan bahwa pemerintah sejak awal mengandalkan kapasitas dalam negeri sebagai fondasi utama penanganan bencana di Sumatera. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya manusia, institusi negara, serta infrastruktur penanggulangan bencana yang cukup untuk menangani situasi tersebut secara mandiri.
Seluruh kementerian dan lembaga dikerahkan ke lapangan sesuai dengan arahan Presiden untuk mempercepat respons dan pemulihan di wilayah terdampak. Dukungan dan solidaritas internasional tetap diapresiasi, namun pemerintah menegaskan bahwa penanganan utama dilakukan melalui kekuatan nasional yang telah terbangun.
Optimalisasi sumber daya nasional tersebut mulai memperlihatkan hasil, terutama dalam pemulihan infrastruktur dasar. Pemerintah mencatat progres signifikan dalam perbaikan akses jalan dan jembatan di Sumatera Utara dan Sumatera Barat, sementara Aceh terus dikejar pemulihannya mengingat luasnya wilayah terdampak dan kompleksitas medan.
Pemulihan akses fisik di wilayah bencana ini dipandang penting karena menjadi prasyarat bagi kelancaran distribusi bantuan, layanan kesehatan, serta aktivitas ekonomi masyarakat. Pemerintah menilai bahwa percepatan infrastruktur bukan sekadar proyek teknis, melainkan bagian dari upaya memulihkan kehidupan sosial warga.
Sebagai wujud kepemimpinan langsung dan penguatan koordinasi di lapangan, Presiden RI Prabowo Subianto dijadwalkan mengunjungi sejumlah wilayah yang masih mengalami keterbatasan akses. Kehadiran Presiden dipahami sebagai upaya memastikan bahwa kebijakan pusat berjalan selaras dengan kebutuhan riil di daerah, sekaligus memberi dorongan moral bagi aparat dan masyarakat yang tengah berjuang menghadapi dampak bencana.
Pemerintah juga memberikan perhatian besar kepada para petugas di garis depan yang bekerja dalam kondisi penuh tantangan. Ribuan personel TNI, Polri, BNPB, Basarnas, tenaga kesehatan, serta petugas kelistrikan dan infrastruktur terus menjalankan tugas tanpa mengenal lelah.
Proses pemulihan listrik, khususnya di Aceh, masih berlangsung secara bertahap hingga seluruh wilayah kembali menikmati layanan dasar secara normal. Kerja para petugas ini dipandang sebagai bukti nyata bahwa negara hadir melalui pengabdian langsung aparatnya.
Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya, menegaskan bahwa penanganan bencana di tiga provinsi tersebut telah berskala nasional sejak hari pertama, tepat setelah bencana melanda. Penjelasan ini disampaikan untuk merespons perdebatan publik mengenai status bencana nasional.
Pemerintah, menurut Teddy, memilih untuk tidak terjebak pada perdebatan administratif, melainkan langsung melakukan mobilisasi kekuatan nasional secara menyeluruh. Lebih dari puluhan ribu personel gabungan dikerahkan, dengan fokus utama pada penyelamatan warga dan pemenuhan kebutuhan dasar pada fase awal tanggap darurat.
Selain pengerahan personel, pemerintah pusat juga memastikan dukungan anggaran tersedia penuh. Alokasi anggaran pusat digunakan secara bertahap untuk pembangunan hunian sementara dan hunian tetap, pemulihan fasilitas publik, hingga perbaikan kantor pemerintahan daerah yang rusak.
Pemerintah daerah pun diberikan dukungan dana secara langsung agar memiliki keleluasaan merespons kebutuhan mendesak di lapangan. Dalam aspek logistik dan infrastruktur, ratusan armada laut dan udara serta ribuan unit alat berat dikerahkan dari berbagai wilayah untuk mempercepat evakuasi dan pemulihan akses.
Dukungan terhadap langkah pemerintah juga datang dari kalangan masyarakat sipil. Aktivis 98 sekaligus pemrakarsa 98 Resolution Network, Haris Rusly Moti, menilai pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah mengambil langkah-langkah yang optimal dalam penanganan bencana di Sumatera.
Haris berpandangan bahwa fokus utama pemerintah pada penyelamatan warga, penanganan darurat, serta pemulihan infrastruktur kerap membuat aspek komunikasi publik tidak menjadi prioritas awal, sehingga memunculkan persepsi yang tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi di lapangan.
Namun secara substansial, menurut Haris Rusly Moti, pemerintah telah menetapkan bencana di Sumatera sebagai prioritas nasional dengan mengerahkan sumber daya pusat secara maksimal sejak fase awal tanggap darurat.
Haris juga menekankan bahwa aparat negara yang bertugas di lapangan bukanlah pelaku komunikasi media sosial, melainkan pekerja kemanusiaan yang memusatkan energi pada penyelamatan dan pemulihan. Dalam konteks tersebut, ia mengapresiasi upaya pemerintah yang secara bertahap menjawab berbagai informasi keliru dengan penjelasan berbasis data dan fakta lapangan. Menurutnya, keterlibatan langsung pemerintah pusat dan pengucuran anggaran nasional merupakan jawaban substantif atas kritik yang berkembang.
Dengan pendekatan berskala nasional, optimalisasi sumber daya, serta pengawalan berkelanjutan hingga fase rehabilitasi dan rekonstruksi, pemerintah menegaskan bahwa penanganan bencana di Sumatera tidak berhenti pada tahap darurat. Komitmen ini mencerminkan kehadiran negara yang tidak hanya tanggap saat krisis, tetapi juga bertanggung jawab memastikan masyarakat dapat pulih dan bangkit secara berkelanjutan.
*) Pengamat Kesejahteraan Masyarakat Aceh











Leave a Reply