Jakarta – Wacana aksi Indonesia Gelap Jilid 2 yang dikabarkan akan digelar dalam waktu dekat memicu kekhawatiran berbagai pihak. Aksi ini disebut-sebut memiliki agenda yang lebih radikal dibandingkan aksi sebelumnya, termasuk tuntutan pemakzulan presiden dan wakil presiden.
Sejumlah tokoh politik dan pengamat mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh gerakan yang berpotensi mengganggu stabilitas nasional.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Cucun Ahmad Syamsurijal menegaskan bahwa pemerintah telah merespons tuntutan aksi Indonesia Gelap Jilid 1 dengan tindakan nyata. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terpancing oleh provokasi yang dapat merusak persatuan bangsa.
“Semua ini pemerintah lagi bekerja. Tuntutannya kan sudah dijawab dengan kerjanya Pak Presiden,” ujar Cucun saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Ia menegaskan bahwa kritik terhadap pemerintah merupakan hal yang wajar dalam sistem demokrasi. Namun, ia mengimbau agar kritik yang disampaikan bersifat konstruktif dan tidak mengarah pada tuntutan yang berlebihan, seperti pemakzulan Presiden Prabowo Subianto.
“Kalau kritik jangan terlalu berlebihan sampai ke arah sana. Ada mekanisme yang sudah diatur dalam konstitusi,” tegasnya.
Senada dengan itu, pengamat pemerintahan dari kalangan milenial, Andrea Yudias, menyayangkan perubahan arah aksi yang semula hanya berupa kritik terhadap kebijakan pemerintah, kini bergeser menjadi upaya untuk melengserkan kepala negara. Ia menilai langkah tersebut tidak rasional dan justru bertentangan dengan upaya pemberantasan korupsi yang sedang digalakkan oleh pemerintah.
“Pergantian tujuan demo dari sekadar mengkritik pemerintah di jilid pertama, menjadi melengserkan presiden dan wakil presiden pada jilid kedua adalah komedi,” ujarnya.
Andrea menambahkan bahwa saat ini pemerintah sedang gencar melakukan penindakan terhadap para koruptor. Oleh karena itu, ia menilai bahwa tuntutan pemakzulan presiden justru dapat diartikan sebagai upaya membela kepentingan kelompok tertentu yang merasa terancam oleh kebijakan tegas pemerintah.
“Jelas-jelas saat ini presiden dan wakil presiden sedang menggencarkan penangkapan koruptor. Jadi jika mahasiswa ingin melengserkan presiden, sama dengan ngebelain dan mendukung para koruptor. Semoga masyarakat tidak terprovokasi,” tegasnya.
Pemerintah saat ini terus berupaya menjaga stabilitas nasional dengan berbagai kebijakan strategis, termasuk di bidang ekonomi dan pemberantasan korupsi. Oleh karena itu, berbagai pihak mengajak masyarakat untuk tidak mudah terhasut oleh narasi yang dapat memecah belah bangsa.
Kesadaran dan kedewasaan dalam menyampaikan aspirasi menjadi kunci dalam menjaga keharmonisan dan demokrasi yang sehat. Kritik yang membangun akan lebih bermanfaat bagi bangsa dibandingkan seruan provokatif yang berpotensi menciptakan instabilitas politik dan sosial di Indonesia. []
Leave a Reply